Kamis, 09 Juni 2011

Membangun kerajaan sendiri dalam Kerajaan Allah


Tidak ada yg salah dengan kemakmuran yg dapat dinikmati dalam pelayanan. Tercapainya keberhasilan akademis, sehat, popularitas kepemimpinan, kekayaan material yg kokoh adalah kompensasi yg wajar dari prestasi keberhasilan dalam pelayanan. Namun menjadi seorang hamba Tuhan seharusnya berorientasi pada habitatnya sebagai hamba (budak/doulos). Orang yg mendedikasikan diri untuk bekerja tanpa syarat dan tidak punya HAK apapun atas diri sendiri. Namun sering kali bukti kerja keras , upaya kesalehan yg dibangun bahkan pengorbanan kita sebagai hamba Tuhan mengubah derajat karakter kita sebagai orang yg BERHAK mendapatkan AWARD  yg ideal bahkan tidak sepantasnya diperlakukan oleh keadaan, orang atau Tuhan dengan kondisi yg menyedihkan.
Kerajaan kenyamanan sering kita dirikan sebagai tuntutan kontribusi atas upaya-upaya logis dari pelayanan yg sudah kita kerjakan, sebagai hasilnya: KENYATAAN menjadi bertabrakan dengan HARAPAN.
Inilah realita pergumulan yg kita hadapi dalam menyatakan spiritualitas iman kepada Allah
 
Mazmur 73:1-28 
Mazmur ini merupakan ungkapan pribadi sedang sakit hati melihat kenyataan hidup yg tidak seharusnya dihadapi oleh seorang hamba Tuhan yg bernama  Asaf. 
Siapakah Asaf itu ?
  • Asaf bukanlah orang yang baru mengenal Tuhan. Ia adalah orang Lewi yang diangkat oleh raja Daud menjadi kepala pelayan di hadapan tabut Tuhan untuk menyanyikan pujian syukur dan memasyurkan nama Allah Israel (1 Taw 16:4-5). Ia adalah worship leadernya Bait Allah!
  • Seorang yang menjaga kekudusan hidup (ay 13)
Sebagai pribadi manusia, seorang hamba Tuhan sekalipun juga dapat mengalami transisi iman, kontraksi karena persoalan bahkan kegoncangan batin. Asaf menyampaikan dengan jujur kegalauan hatinya melihat realita yg tidak sesuai harapan. Ia kecewa karena usahanya untuk mempertahankan hati yang bersih dan membasuh tangannya tanda tidak bersalah ternyata tidak memberikan hasil yang diinginkannya. Ia justru mendapat tulah sepanjang hari dan kena hukum setiap pagi. Mengapa Asaf salah mempersepsikan Allah dalam hidupnya? Karena pelayanan Asaf memiliki konsep mendirikan kerajaan sendiri didalam kerajaan Allah
Rupanya Asaf beranggapan bahwa bila kita setia melayani dan rela berkorban bagi Tuhan, 
maka  Allah HARUS memberikan KOMPENSASI yg lebih besar dari segala usahanya. 

Bagaimana kita tahu ada kerajaan sendiri yg sedang dibangun dalam 
kerajaan Allah?
Perhatikan saja bagaimana respon Asaf terhadap persoalan-persoalan umum yg juga
dihadapi banyak manusia tetapi dia menyatakan frustasinya yg sangat mendalam terhadap Allah:
  • Asaf mengalami kekecewaan, kegetiran dan pahit hati serasa ada dipersimpangan jalan.
  • Asaf menjadi cemburu terhadap orang fasik yang walaupun tidak mengenal Allah tetapi makmur: sehat, gemuk, kaya raya, tiada susah dan senang selamanya.  
  • Asaf pun mulai goyah imannya. Ia tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi sampai ia menganggap Allah tidak peduli dengan dirinya. 
Jadi karakteristik dari kerajaan yg sedang dibangun dalam kerajaan Allah adalah sbb:
1. Menempatkan pengabdian kepada Allah bukan sebagai usaha untuk      melayani 
     Allah tetapi untuk mendapatkan pelayanan pribadi.
2. Tujuan yg dicapai dalam pelayanan adalah tecapainya kemakmuran
     jasmani 
3. Fokus iman yg dituju dalam pelayanan bukanlah pribadi Allah tetapi diri sendiri.

Dalam pergulatan hidupnya yg sulit, Allah memanfaatkan sebagai kesempatan untuk memproses Asaf , sampai akhirnya Asaf dibawa pada titik perubahan untuk kembali pada dedikasi awal sebagai hamba Tuhan yang melayani tanpa syarat.

Terjadi perubahan konsep berpikirnya , beremosi dan berespon kepada Allah:

a. Dalam kekecewaannya, Asaf tidak meninggalkan pelayanan justru bergiat mencari Allah (ayat 17) "sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka".
Pada saat Asaf mengalami kekecewaan , ia tidak lari dari pelayanannya. namun justru semakin mendekat pada Tuhan, dan mencari jawabannya pada Tuhan. 

b. Dalam ketidak mengertiannya, Asaf tidak menyalah keadaan ataupun orang disekitarnya (Ayat 1,18-20)"Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur"
Konsep berpikir dan pemahamannya mulai diubahkan oleh Tuhan. Ia tidak lagi cemburu terhadap orang-orang fasik yang berhasil dimiliki orang fasik. Sekaang ini yang ia ingini adalah Allah sendiri. 

c. Dalam kebimbangannya, Asaf tetap memilih Allah menjadi tujuan yg sangat menarik lebih dari apapun dan siapapun (Ayat 23-27)
"Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi."
Ia tidak lagi mengingini kesehatan, kekayaan dan hal-hal lain yang : walaupun kita tidak memiliki apa-apa, tetaplah yang kita ingini selama-lamanya adalah Allah. 
Persoalan yg dihadapi Asaf masih belum diselesaikan Allah, keadaan sulit masih menekan hidupnya, orang-orang fasik masih melemparkan penghinaan kepadanya. Masih belum ada tanda-tanda perubahan disekitarnya! Situasi masih belum berubah tetapi Allah sudah MERESTORASI hati Asaf.

Sekarang ini,
Kerajaan pribadinya dalam pelayanan sudah dirobohkan
Tidak ada lagi kepentingan pribadi yg harus dipertahankan dalam pelayanan.
Dedekasi pelayanan kini kembali utuh dengan merindukan kualitas relasi yg makin dekat dengan Allah, mengekspresikan sukacita lebih dari apapun dan siapapun.

Allah tidak akan pernah melupakan sejumlah pengabdian pelayanan kita
karena janjiNya masih berlaku sampai sekarang ini!....
"Dalam pekerjaan Tuhan, segala jerih lelahmu tidak sia-sia" 
Jadi tanpa kita harus membangun kerajaan sendiri dalam pelayanan. 
Allah so pasti memberikan mahkotaNya kepada kita. Amin
GBU

by Haris Subagiyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar