Selasa, 08 Maret 2011

Membingkai Model pelayanan sendiri


Melayani pekerjaan Tuhan , seperti menempatkan mereka yg terlibat didalamnya bagai pribadi super, pilihan hidupnya sudah dianggap masuk pada keputusan yg benar, telah menjadi orang yg berani menginvestasikan seluruh hidupnya bagi Tuhan. ya......setidaknya orang awam akan hormat dan memberi acungan jempol atas pilihan hidupnya serta mengidenfitikasinya sebagai keberhasilan secara moral.
Tidak ada yg salah dengan bentuk pelayanan itu sendiri karena hal ini sungguh dibutuhkan, bernilai mulia bahkan menjadi tujuan hidup. Yang menjadi catatan adalah: kita sering membingkai sendiri model pelayanan menurut ukuran dan referensi yg telah kita anggap benar.
Bagaimana Tuhan Yesus mengapresiasi pelayanan kita?
Narasi tentang Maria dan Marta: menjadi model pelayanan kita
Lukas 10 : 38 - 42
10:38Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
10:39Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
10:40sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
10:41Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
10:42tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Adalah tidak tepat jika kita selalu memandang dengan sebelah mata kerja keras Marta sebagai orang yg bernilai rendah dibanding dengan Maria yg duduk dekat dikaki Tuhan.
Apa yg sebenarnya terjadi?


a. Marta adalah orang yg ringan tangan
Pekerjaan yg dilakukan Marta untuk memberi jamuan makan bagi Tuhan Yesus dan para murid, tidak dapat dikatakan sebagai hal yg tidak perlu atau murahan. Hidup ini butuh energi yg disuport dari makanan jasmani. Jamuan makan itu sendiri adalah bentuk penerimaan tuan rumah atas tamu yg diundangnya secara bertanggung jawab, ini bukan saja menyenangkan tetapi juga dibutuhkan. Marta menjadi orang yg berkeringat dan berkorban untuk Tuhan


b. Marta adalah orang yg jujur & terbuka
Tidak ada perasaan yg disembunyikan dalam dirinya, ia tak ragu mengkomunikasikan secara  terus terang kegalauan hatinya kepada Tuhan dengan cara yg santun. Ia tidak berteriak-teriak dari belakang dapur sebagai reaksi ketidak setujuannya, untuk mengundang perhatian Tuhan atas lelahnya pekerjaan yg sedang ia kerjakan, atau ia tidak mengekspresi bahasa tubuh yg tidak menyedapkan sebagai sentilan kepada Tuhan dan Maria . Kita harus mau mengakui bahwa Marta ini telah menjadi model obyektifitas manakala kita sedang berseberangan opini dengan orang lain. ia bersedia melakukan pendekatan dengan jujur dan santun .


c. Marta adalah seorang inisiator (even organiser) handal.
Seorang wanita pada jaman itu berada pada level diskriminasi rendah sehingga peranannya sangat tidak diperhitungkan. Wanita menjadi pribadi yg terpinggirkan , ia hanyalah orang yg lekat dengan urusan : "dapur (memasak), pupur (berdandan dengan kosmetik) dan kasur (urusan ranjang)". Namun Marta sanggup menembus batas asumsi gender dengan berani mengambil inisiatif sendiri mengundang Tuhan Yesus yg dianggap sebagai tokoh panutan untuk beraudensi dirumahnya. hebat bukan......


Apakah kita menolak bentuk pelayanan yang dikerjakan Marta?
Gereja membutuhkan pekerja-pekeja Kristus yg ringan tangan, mau bekeringat untuk melayani, yg kaya dengan ide untuk membangun iman bersama, gereja sangat membutuhkan orang orang jujur , berterus terang dan santun yang berani memberikan hidupnya sebagai upaya untuk menyenangkan hati Tuhan.


Apa yg salah dalam diri Marta?
Tuhan Yesus sama sekali tidak mencela bentuk pelayanan Marta, yg dikoreksi adalah apa yg melatar belakangi pelayanannya, dari mana pelayanan itu dimulai dan apa yg diharapkan. Perikop ini menjadi koreksi Tuhan Yesus atas semua orang yg bergiat dalam pelayanan pekerjaanNya.
Tuhan Yesus harus mengoreksi kerja pelayan kita! Karena lebih mudah tergoda untuk membingkai sendiri format pelayanan menurut referensi atau standar yg subyektif (saya anggap benar) bukan berdasar pada apa yg dibutuhkan Tuhan. dan menjadi rancanganNya.


1. Koreksi Tuhan atas pelayanan yg bermotif transaksi


Dalam keterbukaannya, Marta hendak menyampaikan keluhannya atas beberapa kesalahan yg dilakukan oleh mereka yg mendengar perkataan Tuhan Yesus dengan tekun:

a. Keluhan Marta terhadap Tuhan Yesus:
Tuhan dianggap telah bersalah karena membiarkannya bekerja sendirian di  dalam segala persiapan melayani Tuhan Yesus dan murid-muridNya.  Ia menganggap Tuhan Yesus tidak peduli terhadap situasi  yang dihadapinya. Seharusnya Tuhan Yesus  memberi setidaknya penghargaan terhadap jerih lelah yg diupayakan.
b. Keluhan Marta terhadap Maria :
Maria juga  telah dianggap mengambil keputusan salah dengan membiarkan dirinya bekerja sendirian. Ini tidak adil, masakan saya sendiri yg berlelah sedangkan Maria hanya diam saja. Harapannya walaupun tanpa harus diperintah, ada orang yg bersedia ikut mengambil bagian dalam pekerjaannya tetapi mengapa ia diam saja bahkan dengan santai tetap duduk dekat kaki Yesus.   
Marta merasa diabaikan oleh Tuhan Yesus – padahal Marta, adalah pihak yang mengundang Tuhan Yesus untuk datang ke rumahnya.  Tuan rumah yang seharusnya mendapat perhatian, seolah-olah justru diabaikan oleh sang tamu.  
Keluhan Marta sesungguhnya bukan karena Tuhan Yesus membiarkan Maria berdiam diri tidak membantunya. Namun tuntutan supaya Tuhan  menaruh rasa peduli dan penghargaan yg sepantasnya kepadanya.
Keluhan Marta adalah tuntutan yg realistis! Masakan orang yg bekerja keras tidak boleh mendapatkan penghargaan? Semua orang yg bekerja melayani Tuhan sudah sepantasnya mendapatkan penghargaan atau upah. Gereja (pemimpin geraja) tidak dapat mengelak dari tanggungjawab ini. Gereja tidak dapat berdalih bahwa ini pelayanan brooor.......bukan perusahaan, jadi upah anda tidak didasarkan pada loyalitas,  kapasitas dan prestasi kerjamu tetapi atas dasar etiket baik sang gembala jemaat. wah diplomatis banget.........
Mengapa gereja yg memotivasi umat untuk bekerja secara profesional dalam segala bidang tetapi justru gereja sendiri sering tidak punya tata kelola yg profesional?  pengelolaan keuangan yg tidak jelas (tidak akuntable), kepemimpinan yg one man show, administrasi ala kadarnya. Sunguh sangat kasihan nasib para pengerja gereja, mereka telah memberikan seluruh hidupnya, tidak  sempat memikirkan kesenangan, tidak memikirkan masa depannya, mati hidupnya ada dalam gereja! Namun perjuangan mereka sering dianggap sebagai hal biasa , bagian dari voluntarisme (kerja sukarela tanpa perlu dibayar)saja, mereka diberi penghargaan rendah bahkan lebih rendah dari upah buruh pabrik. Ironisnya mereka yg bekerja diladang Tuhan: disanjung sebagai pekerja Kristus, Hamba Allah maha tinggi namun kesehariannya diperlakukan seperti seorang pembantu rumah tangga! Mengapa mereka dapat bertahan, karena dikuatkan oleh doktrin: hamba Tuhan tidak boleh digaji ? mereka selalu dihibur dengan lagukerja buat Tuhan selalu manise biar tanpa gaji selalu manise.... Lagu ini adalah kesenangan para pemimpin gereja yg mapan dengan punya banyak kaki tangan yg selalu siaga mengerjakan pelayanan apapun tetapi lagu ini menjadi penderitaan bagi para pengerja gereja......ngenes.....ngenes....saknoooooo. saknooooooo
Untuk menuju kearah perbaikan memang tidak mudah, hal ini membutuhkan manajeman pelayanan yg baik , kerja jeras, kerelaan berkorban, good will , proses  waktu yg tidak singkat.
Bukalah mata dan hati kita !!!!!!  Dengarlah keluhan Marta! 
berilah apresiasi yg sepantasnya kepada meeka yg bekerja diladang Tuhan!
Kita tidak perlu untuk membela diri bahwa gereja adalah lembaga yg "nonprofit" namun realitanya  gereja tidak mungkin dapat energi yg fit, fresh dan efektif tanpa sumber keuangan yg memadai . Justru mereka yg mempropagandakan pelayanan non profit realitanya berfokus pada profit. hidupnya berkelimpahan, penampilan parlente, makan mewah,mobil mewah (tidak mencerminkan penampilan hamba) tetapi yg berjuang sebagai pengerja hidupnya susaaaaaaah.............namun salut, mereka masih bisa bernyayi: "biarkan aku miskin didunia, asal kaya disorga......., ya semoga saja! 


Bagi kita yg giat melayani pekerjaan Tuhan, ada juga kesalahan prinsip yg perlu dikoreksi!
Orang lain tidak melihatnya bahkan masih menilai kinerja kita top..... markotop.... tetapi Tuhan melihat apa yg menjadi MOTIF PELAYANAN kita.
Seringkali, seperti Marta menuntut Apresiasi pelayanan dan menempatkannya sebagai tujuan. inilah yg menjadi sasaran krtik Tuhan Yesus!


Tuntutan penghargaan atas kerja keras Marta ini telah mengaburkan esensi pelayanan yg sebenarnya. Pelayanan sudah pasti berbanding lurus dengan mendapat upahnya tetapi tujuan pelayanan bukanlah upah semata. Jika TARIF pelayanan mendahului Tujuan pelayanan,
Ini yg disebut pelayanan transaksional. karena orang sudah menentukan sendiri harganya: Siapa mendapatkan apa dari pelayanan.
Kita sering menempatkan diri sebagai pekerja Kristus dengan menetapkan harga yg pantas dari: jam terbang, pengalaman akademis, rating dan popularitas sehingga melupakan arti NILAI pelayanan. Pelayanan itu kita anggap sebagai transaksi sebuah HARGA diri yg harus dibayar oleh orang lain atas nama Tuhan,  bukan tuntutan NILAI yg kekal melebihi kebutuhan dan harga diri kita sendiri yg harus diperjuangkan.
Berapa harga yg harus dibayar oleh Tuhan untuk melunasi tarif pelayanan kita?
1 jam 10 juta+ tiket pesawat.......1 juta sekali kotbah+akomodasi hotel mewah.....atau 300 ribu rupiah setiap bulan.....? ah Anda nyindir saya lagi.......tidak, ini adalah fakta
Jadi sekarang, Tentukan sendiri tarif Saudara!....


2. Koreksi Tuhan atas pelayanan yg tidak berbasis RELASI


Kesibukan Marta dalam melayani Tuhan telah menempatkan dirinya terperosok dalam kelompok tersendiri seolah terpisah dari orang lain. Itu nampak dari keluhannya yg menganggap pekerjaan orang lain itu tidak lebih baik dari yg dapat ia kerjakan. Sibuk sampai tidak dapat melihat orang  disebelahnya sebenarnya juga sedang bekerja.
Maria duduk dekat kaki Tuhan yg sedang menbangun hubungan pribadi dengan Tuhan juga serius mendengar fiman Tuhan dianggap sebagai sikap yg malas, tidak aktif bekerja, lupa tanggung jawab dsb.
Koreksi Tuhan adalah karena kita bekerja melayani Tuhan dengan menagbaikan pentingnya prioritas hubungan: Bagaimana mungkin pelayanan pekerjaan Tuhan menjadi efektif tanpa hubungan pribadi dengan Tuhan?


1. Pelayanan membutuhkan Hubungan pribadi dengan Tuhan


Maria dinilai Tuhan Yesus telah memilih yg terbaik karena alasan prioritas!
" Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." 
a. Prioritas Membangun hubungan yg baik dengan Tuhan, tanpa relasi yg harmoni dengan Tuhan, sebenarnya kita hanya melayani obsesi  diri sendiri. Kita hanya menjadi orang yg gila dalam pelayanan tetapi tidak mengenal siapa yg sedang kita layani, ini aneh....
b. Prioritas Mengisi hidupnya dengan perkara yg kekal - mendengarkan firman Tuhan yg dampaknya melebihi dari kenyangnya perut saat ini 
c. Prioritas pemakaian waktu: karena kunjungan Tuhan Yesus berlangsung singkat, pelayananNya juga akan segera berakhir didunia ini sehingga wajar jika Maria memaksimalkan kunjungan Tuhan dengan perkara yg kekal.


2. Pelayanan membutuhkan sinergitas relasi dengan sesama pekerja Kristus
a. Relasi yg tidak saling menghakimi 
Marta, dalam kisah ini disebutkan “sibuk sekali melayani”. Ia melayani sedemikian rupa, sehingga tidak bisa melihat pentingnya apa yang dilakukan oleh Maria, yaitu “duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya”. Ia tidak mengerti tindakan Maria. 
Sementara itu, ia melayani sambil menggerutu dan mengasihani diri. Padahal apa yang dilakukan Maria adalah juga bagian utama dari tindakan melayani pribadi Tuhan. mengambil waktu khusus untuk bersekutu dan mendengar suara Tuhan bahkan adalah energi yg seharusnya dibutuhkan dalam pelayanan


b. Relasi yg saling melengkapi 
Melayani pekerjaan Tuhan tidak dapat dipisahkan dengan membangun relasi yg baik dengan Tuhan. Melayani Tuhan adalah satu konstruksi utuh yg tak dapat dipisahkan dengan membangun pengenalan pribadi Tuhan, belajar firman Allah, menyembah dan berdoa.
Peranan Marta dibutuhkan dalam kerja eksternal pelayanan : rajin, kerja keras, jujur, bersemangat.
Peranan Maria juga dibutuhkan sebagai kerja internal dalam melayani.; bersekutu secara pribadi, berdoa, belajar firman Allah dan menyembah.
Maria dan Marta tidak dapat dikontraskan seolah yg satu  lebih baik dari yg lain atau boleh diabaikan.


Marta tidak melakukannya sendirian, saya sebagai pelayan Tuhan , kita semua sering tampak begitu bergiat dalam melayani, kepayahan sampai kehilangan sukacita. Sebagai kompensasinya: kita ngedumel dalam hati, mengasihani diri, dan mencela pribadi sesama pelayan. 
Ini adalah bingkai kedua yg kita bangun untuk menuntut orang lain supaya menjadi seperti saya. 

Kita merasa bahwa apa yg saya lakukan adalah yg paling baik, tanpa kehadiran saya pelayanan ini bagai gerbongtanpa lokomotif, saya layak dapat penghargaan, perlu diteladani bahkan menjadi acuan kerja pelayanan? sedangkan apa yg dilakukan orang lain itu masih belum layak jual, seperti anak yg lagi belajaran kotbah, karya murahan atau tidak begitu penting. 
Jadiah seperti saya?....... 


Pekerjaan Tuhan juga bukan kerja akrobatik seorang diri, 
Kita membutuhkan jasa orang lain untuk saling melengkapi konstruksi gereja itu sendiri yg memang beragam dengan kebutuhan yg komplek.
Namun memang patut diakui bahwa seringkali kepemimpinan gereja tidak dapat berjalan moderat dan visible seperti harapan Tuhan, bahkan cenderung kaku otoriter., centralistik, dominan. Bagaimana kita dapat merasa bangga dengan majerial gereja dimana  seorang pemimpin berperanan menjadi LEADER, MANAJER sekaligus OWER dari perusahaan yg namanya GEREJA.


Yang sedang kita kerjakan sekarang ini adalah PELAYANAN , mega proyeknya ALLAH . Membutuhkan kerja bareng semua pihak, semuanya adalah material penting dalam membangun gereja. Peranan kita betapapun kecilnya adalah sumbangan besar bagi progresivitas pelayanan.
Pelayanan adalah Rancangan Allah yg berorientasi kekekalan, kita tidak dapat mencampur kepentingan kita yg temporer, fana, egois, materialis: tersamar dengan  dengan lembaga rohani yg sedang yg kita propagandakan untuk kemuliaan Tuhan. Karena Tuhan pasti tidak lupa mengkoreksinya lagi!!!!
Pelayanan adalah kerja keras yg menuntut terbentuknya suatu NILAI kekekalan bukan tercapainya suatau HARGA yg kita bingkai sendiri menurut format kita.
Sudah saatnya, kita berhenti bekerja dengan membangun bingkai pelayanan sendiri.
Jika sistem pelayanan terlalu sulit dikendalikan untuk maju, 
kita tidak perlu menuntut orang lain untuk lebih dahulu berubah, saya dapat memulainya dari diri sendiri dan saya dapat mulai dari saat ini.
Bersama TUHAN YESUS kita pasti kita bisa berbuat lebih baik lagi membangun kerajaanNya, GBU
by Haris Subagiyo
Redaktur Gracia Ministry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar