Minggu, 25 Desember 2011

STTL 2 CHOIR

NATAL WBI ALETHEIA
12 Desember 2011
Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption
Add caption


















NATAL 24 Desember 2011
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption





Aletheia Christmas 2011

Bersukacita en Bergaya di hari Natal
photo by Haris Subagiyo : Gracia studio

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption
Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Sabtu, 24 Desember 2011

NATALAN dikandang DOMBA

Allah pasti memiliki harapan besar, benar dan mulia yang kenyataannya sering bertabrakan dengan idealisme manusia. Supaya kita tidak terus terkejut dengan realita kehidupan yg dipimpin oleh Tuhan ternyata tidak selalu menjawab kebutuhan dan sejalan dengan harapan walaupun kita sedang berjalan dalam pimpinanNya. Natal perdana adalah pelajaran spiritual yg sanggup membimbing kita hidup mengikuti standar harapan Allah.
Matius 2: 1-22 
Adalah gambaran sebuah harapan yang tak sejalan dengan kenyataan. Para majus telah menempuh perjalanan sangat jauh , sekitar 1000 km dalam mengikuti sebuah bintang yang akan membawa mereka ke tempat kelahiran Raja besar. Hati mereka penuh dengan semagat yang menyala-nyala lengkap dengan hadiah terbaik sudah dipersiapkan untuk dipersembahkan kepada sang raja.
Setelah berbulan-bulan menempuh perjalanan yang penuh bahaya, mereka berharap dapat menemukan sesuatu yang agung dan mulia di akhir perjalanan mereka. Istana Herodes menjadi tempat persinggahan mereka! Bayangan pikirannya adalah berjumpa Sang Raja Besar lahir di istana megah dengan suasana yg seba waaah. Namun tak ada Raja Besar di istana Herodes! Mereka harus terus melangkah dan mencari bintang yg terus memimpin  dan akhirnya berhenti di goa sebagai kandang hewan! 

Kenyataannya sangat bertentangan dengan harapan mereka. Yang ditemukan adalah Yusuf dan Maria orang Nasaret yg tidak terpadang, sedang membaringkan seorang bayi yg tidak berdaya di palungan. Woooooow sama sekali jauh dari apa yang diharapkan! Perjalanan mengikuti jalan Allah yang dipimpin bintang ternyata membawanya pada tempat yg dinilai hina dimata manusia.
Kekagetan bahkan tidak menutup kemungkinan kekecewaan bercampur menjadi realita yg harus dihadapi. Namun yang luar biasa adalah sikap yang mereka tunjukkan kala menemukan sebuah kandang. Berjalan bersama dengan Tuhan tidak selalu dapat diukur dari nilai kepuasan diri ,tercapainya cita-cita atau tuntasnya suatu persoalan. Para Majus saat akan berhadapan dengan pengalaman kandang domba walupun berharap singgah di istana raja, namun mereka tetap sanggup melihat Allah dalam bayi Yesus yg sedang berbaring dipalungan.Adalah realita yg tidak dapat kita bantah:
Ketika kita mengharapkan kelimpahan, namun yg datang adalah kekurangan
Ketika mengharapkan kesehatan, namun sakit dan derita harus kita hadapi
Ketika sedang memimpikan kesuksesan, namun tersandung dengan kegagalan.
Kalau kita sedang mengalami pengalaman dipimpin ke dalam sebuah kandang kehidupan, belajarlah dari para majus!
I. Pengalaman kandang domba tidak menutup mata hati untuk tetap melihat Allah.
Secara fisik, gambaran yang dilihat para majus nyaris tanpa kesan! Tidak ada kemegahan raja, tidak sambutan yg gegap gempita, semua berjalan apa adanya bahkan sangat amat sederhana. Yang mengherankan aadalah mata rohani tidak buta, mereka mampu melihat kemuliaan dibalik kehinaan; Kemegahan di balik kesederhanaan; Keperkasaan dibalik kerapuhan; dalam diri Yesus Kristus, Sang bayi Natal
Iman mereka menembus batas kemanusiaan bahkan terus bersinar melewati kebutuhan, harapan dan kepentingan diri sendiri. Sanggup melihat penampilan Allah yg berperan sebagai raja diatas segala raja didalam bayi Yesus.
Orang kristen yang dewasa sanggup melihat Allah baik dalam susah maupun senang. Orang percaya yang dewasa melihat Allah tidak hanya dikala dalam kesenangan dan istana kerajaan, melainkan juga di pekarangan, bahkan di kandang kehidupan.
II. Pengalaman kandang domba tidak menghentikan semangat memberi yg paling baik.
Di kala kita susah, gagal, kecewa, ada kecenderungan bagi kita untuk menutup diri kita kepada Allah dan kebutuhan-kebutuhan yang ada di sekeliling kita!
Pengalaman ” menghadapi sebuah kandang: kadang membawa kita kepada ”egosentrisme” yang terwujud dalam bentuk mengasihi diri sendiri dan tak peduli pada yang lainnya, termasuk Allah!
Para majus bersikap sebaliknya dengan tetap memberikan yang terbaik dari mereka untuk sang bayi, meski sang bayi hanya tidur beralaskan jerami.
Apakah yg harus kita kerjakan dalam natal tahun ini?
Tetap memberi meski rugi! Tetap melayani meski sakit! Tetap beribadah kepada Allah dengan tulus meski beragam persolan manusiawi belum terselesaikan.
Natal adalah spiritualitas untuk memberi yg paling baik bagi Tuhan
Spirit of Christmas is the spirit of GIVING.
III. Pengalaman kandang tidak menumpulkan kepekaan dalam pimpinan Allah.
Pengalaman di dalam sebuah kandang bukan saja menjadi pengalaman berharga namun menjadi keharusan untuk melihat kemana selanjutnya arah Tuhan memimpin kita. Di dalam sebuah kandang para majus menemukan ”Mesias”. Di dalam sebuah kandang para majus menyambut tantangan Allah untuk terlibat dalam penyelamatan sang Mesias dari keganasan  Herodes yg berencana memotong ditengah jalan upaya keselamatan Allah dalam mengembalikan manusia dalam rancanganNya! Pengalaman di dalam kandang akhirnya mengubah arah dari rencana perjalanannya semula! sama sekali tidak mengikuti siasat licik Herodes.
”Pengalaman di dalam sebuah kandang” – pengalaman-pengalaman pahit di dalam hidup kita kadang menggemakan suara Allah untuk mengubah arah hidup kita
Natal bukan saat untuk bersorak sorai larut dalam gegap gempita perayaan yg habis hanya dalam beberapa saat saja. dan menyisakan segudang persoalan di dalamnya tanpa mengukirkan perubahan yg mendasar yg mengubahkan arah pelayanan, mengubahkan karakter dan mengubahkan dedikasi kita kepada Allah. 
Natal bukanlah agenda gerejawi, kenangan histori atau menjadi kesempatan unjuk diri dalam pementasan acara yg dikemas secara rohani, seolah olah kita telah bekerja untuk Tuhan atau sudah melakukan yg benar.
Allah hendak mengubah arah jalan kita yg berorientasi Tuhan.

Natal kali ini....jangan biarkan berlalu tanpa makna....atau memuaskan perasaan sesaat!
Jadikan natal tahun ini sebagai kesempatan besar untuk mentransformasi hidup: keluarga, pekerjaan, pelayanan, studi apapun juga memandang nilai kekekalan sehinga situasi apapun tidak menghentikan langkah kita untuk maju bersama Tuhan, 
Teruslah berkarya...tataplah masa depan dengan kepastian. karena di dalam kandang domba sekalipun Allah sanggup bekerja ddidalamnya. amin

Selamat Natal 2011 dan tahun baru 2012 God Bles U all.... 


by Haris Subagiyo,

Senin, 05 Desember 2011

Berkah Karaharjan 2011

Pengobatan Gratis di dusun Kragilan Sinduadi Mlati Sleman Jogjakarta
bersama sukarelawan GBI ALETHEIA

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption
Add caption

Add caption
Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption

Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption
Add caption

Add caption