Kamis, 10 November 2011

Allah yang Menyediakan

By Haris Subagiyo


Allah kita didalam Tuhan Yesus bukanlah Allah yg kerjanya:hanya memerintah, menuntut dan meminta! Tetapi Dia juga adalah yg dengan senang hati memberi, mengasihi, berbelas kasihan kepada kita. Bahkan hampir seluruh sejarah manusia dipenuhi dengan demontrasi kuasa dan kasihNya yg menopang, membela dan memelihara kita setiap hari.
Jehovah Jireh yg berarti "Allah yg menyediakan" menjadi pokok bahasan yg sangat menarik, relevan dan mudah diaplikasikan. Ungkapan Allah yg menyediakan itu sudah sangat melegakan . Karena bayangan kita langsung membesarkan harapan kepada Allah yg menyediakan itu bermanifestasi dalam kebutuhan dan persoalan kita saat ini. Kerinduan kita supaya Allah bergegas-gegas masuk dalam wilayah krisis , mengambil alih ketidakberdayaan dan menggantikannya dengan kedahsyatan kuasaNya.
Jehovah Jireh seringkali bukan menjadi SUBYEK yg mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya namun lebih sering kita posisikan sebagai OBYEK yg di-eksploitasi untuk kepentingan sesaat.
Kebesaran Pribadi Allah telah kita kurung dalam pemahaman kemakmuran manusia. Sikap Allah akan dinilai benar, mulia dan agung kalau dianggap memenuhi kualifikasi kehebatan mencurahkan berkat bagi umatNya. 


Memang Dia adalah Allah yg menyediakan namun konsep Jehovah Jireh tidak dapat kita sandra dengan konsep materi dan pemenuhan hasrat manusia.
Jehovah Jireh adalah karakter bahwa Dia adalah Allah yg menyediakan tidak bergantung dengan penilaian kita. Memahami bentuk kerja Allah secara nyata tidak dapat diukur dari telah dipenuhinya sejumlah persoalan pribadi yg dijawab oleh Allah. 
Otoritas Pribadi Allah menuntut tempat paling utama lebih dari berkat-berkat yg dilimpahkan kepada umatNya. 
Karya sempurna Allah bekerja melintasi dimensi alamiah dan diluar kekuatan logika manusia. Sehingga pekerjaanNya tidak dapat kita apresiasi jika hanya bersentuhan dengan kebutuhan diri atau sesuai harapan kita.


Kenyataannya JEHOVAH JIREH telah dipahami sebagai Allah yg dimodifikasi untuk  tidak boleh absen dalam mengisi semua aspek keiinginan manusia.bukan diberi tempat untuk melaksanakan kehendak Allah dalam diri kita.


Study Kata: Yehovah Yireh
Akar kata YIR'EH adalah RÂ'ÂH artinya melihat dalam bentuk Qal Imperfect untuk orang ketiga tunggal maskulin. JEHOVAH YIREH  berarti "Allah akan memperlihatkan – bagi-Nya sendiri"
Allah yg menjadi pusat perhatian, kepentingan Allah sebagai tujuan
Melihat secara lengkap adalah kesanggupan Allah yg didemontrasikan.
Sebelum kita melihat, Dia sudah melihat secara utuh rencana, kebutuhan dan persoalan kita.
Sebelum kita merasa sanggup Allah sudah menyatakan kekuatanNya yg sangggup bekerja didalam kita.
Segala persoalan ketidakmampuan ,kelemahan, ketidak berdayaan, keterbatasan manusia menunjukkan betapa lemahnya manusia hidup tanpa ketergantungan pada Allah.


Jehovah Jireh dapat dipahami sebagai Allah yg sanggup melihat secara utuh jati diri manusia supaya dapat dipakai sebagai sarana yg efektif mencapai tujuanNya.


Pengenalan terhadap Allah yg menyediakan bukan menjadi dasar kita untuk mengobral berbagai permintaan kepada Allah! Tetapi menjadi spirit moral yg makin kuat untuk menanggapi kehendakNya untuk dapat bekerja melalui diri kita


Bagaimanakah iman kita memiliki ENERGI yg konsisten untuk mempercayai Allah yg Menyediakan?


Kejadian 22 : 1- 19


1. Kenalilah ALLAH SEBAGAI PRIBADI YG TIDAK PERNAH SALAH (ayat.1)


Perintah Tuhan dijawab dgn segera: "YA TUHAN" demikian tegas dan tanpa ragu jawaban Abraham serasa tanpa  pergulatan yg panjang. 
Respon yg cepat, jawaban tanpa keraguan dan tindakan yg tepat seperti perintah Tuhan bahkan tidak ditemukannya tawar menawar untuk meringankan beban. Itu bukan menunjukkan Abraham hidup tanpa pergumulan iman. Namun diskusi imannya dalam menanggapi permohonan Allah selalu dijawab dengan cerdas bahwa: "Allah tidak pernah salah dalam bertindak". 
Kita sering menuntut Allah untuk menjelaskan argumentasi tindakanNya yg tidak sinergi dengan harapan baik. 
Kita meminta supaya misteri Ilahi tidak fair hanya dijelaskan dengan bahasa iman saja namun seharusnya boleh dipahami secara argumentatif dengan bahasa logika manusia.
Kita merasa berkepentingan untuk mendapatkan jawaban dari Allah secara langsung, mengapa Allah meminta persembahan Ishak?


Tujuan Allah meminta Abraham mengorbankan anaknya bukan untuk alasan yg merugikan, melukai atau bahkan membunuh. Pastinya secara kulitatif tujuan Allah:
a. Untuk menguji iman, berarti menaikkan level iman menjadi semakin efektif . (ayat.1)
b. Untuk memangkas ketergantungan kita pada siapapun dan apapun kecuali Allah saja.




Namun hal itu masih menyisakan seribu satu pertanyaan tentang sikap Allah kita endapkan dalam diskusi pikiran yg tidak pernah selesai. 
Mengapa Allah mengijinkan? Mengapa Allah bersikap sembrono? Mengapa Allah tidak membela? Mengapa Allah diam saja? WHY LORD...........??????


Abraham mengembangkan prinsip "YES GOD"  selalu katakan Ya kepada Tuhan.
Prinsip iman yg dikemukakan adalah: Sejauh menyangkut KEPENTINGAN TUHAN , perintah kerjanya mutlak untuk dimengerti dan segera dilakukan. Ia tidak perlu lagi mendiskusikan dengan pikiran atau berlama-lama dengan alasan butuh waktu untuk bergumul.


Kontradiksi pikiran manusia dengan kehendak Allah sering menjadi kenyataan yg tak terhindarkan! Tidak ada artinya manusia menuntut Allah menjelaskan rahasia kerjaNya. 
Allah tidak mengaruniakan kepada kita kuasa untuk memahami rahasiaNya tetapi Allah memberikan KEBERANIAN YANG BESAR untuk MEMPERCAYAI dan MELAKUKAN tanpa ragu seluruh kehendakNya.


Rahasia Abraham untuk menghentikan pergumulan iman yg berlarut-larut tanpa batas adalah mendorong secara kuat kepercayaan bahwa Allah sekali-kali tidak pernah berbuat salah kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun. Berani berkata YA kepada Tuhan dan berpikir kemudian....


Aplikasi:
Jangan merohanikan pergumulan persoalan kita yg berlarut-larut sebagai alasan untuk tidak mengeksekusi tindakan iman. Selama kita berjalan bersama dengan Allah, jangan pernah ragu tentang berbagai pengalaman yg sedang kita hadapi. Karena Allah sedang bekerja didalamnya dan segala se suatu yg dikerjakan Allah pastinya tidak pernah salah. 
Percayalah bahwa Dia adalah Yehovah Yireh: Allah yg menyediakan pada waktu yg tepat, pada tempat yg tepat dan pada orang yg tepat pula.
II. Kenalilah ALLAH sebagai Pribadi yg TIDAK PERNAH KEHABISAN CARA (aya.7-8)


Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba  untuk korban bakaran itu?" ayat. 8 Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan   anak domba  untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku."

Betapa sulitnya menjawab pertanyaan Ishak, anaknya yg hendak dikorbankan diatas mezbah! 
karena beberapa alasan:
a. Ishak adalah anaknya yg satu-satunya (darah daging)
b. Ishak adalah anak perjanjian (pemberian istimewa dari Allah)
c. Ishak sudah berpikir rasional sehingga tidak dapat dibujuk dengan jawaban yg tidak logis.


Jika demikian mudahnya Abraham membangun kepercayaan pada anaknya, pastilah itu bukan proses yg terjadi secara spontan. Namun Abraham telah mempraktekkan kehadiran Yehovah Yireh dalam keseharian.
Salah satu alasan mengapa Ishak yg sudah besar tidak memberontak kepada Abraham adalah karena dia mewarisi iman bapaknya, keteladanan iman setiap hari membangun kekuatan untuk tetap mempercayai Allah dalam situasi sesulit apapun.


Iman yg kondusif melahirkan kekuatan iman yg baru didalam keluarga!


Percaya pada Tuhan dan begitu beraninya ia memberikan semuanya yg paling baik dan terbesar dari hidupnya sendiri, bagaimana mungkin itu dapat dikerjakan?
karena satu alasan JEHOVAH JIREH: Allah yg menyediakan: ia sangat percaya Allah adalah sumber, dari padaNya segalanya dan untuk Dialah segalanya. Sehingga dapat kita pahami kerelaan Abraham bersumber pada kepercayaan Allah yg memberi, Allah juga yg berhak mengambil.
Ishak adalah seorang anak yg diberikan Allah secara ajaib, dikala Sara , istrinya berusia 90 tahun (mati haid) dan Abraham berumur 100 tahun bahkan dalam masa penantian yg sangat panjang sedikitnya 25 tahun. Namun Allah tidak pernah kehabisan cara memenuhi janjiNya kepada Abraham.
Sekarang Allah meminta lagi anak yg pernah Dia berikan, Abraham tetap percaya bahwa Allah tidak pernah kehabisan cara untuk memberikan yg jauh lebih baik.


Aplikasi:
Menyerah kalah pada keadaan adalah hasil permufakatan logika kita yg tidak dapat menemukan cara Allah untuk menjadi sumber pertolongan. Sudah saatnya kita mengakhiri pertanyaan: bagaimanakah cara Allah membuka jalan yg tertutup, dikurung tembok yg sangat tinggi, persoalan sebesar gunung! 
Mengibarkan bendera ketidakmungkinan adalah jalan yg paling mudah untuk membiarkan diri kita dihancurkan oleh keadaan.
Namun bagi kita yg memiliki Jehovah Jireh boleh mendapatkan kepastian jawaban bahwa:
Allah sanggup bekerja dalam segala perkara
Allah memiliki banyak cara yg tidak tergantung dengan cara kita
Letakkan seluruh doa, persoalan dan kebutuhan kita dengan keyakinan Allah yg kita sembah adalah ALLAH YANG MENYEDIAKAN.


III. Kenalilah bahwa Rencana Allah pasti sangat MULIA (ayat.5)


Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu. 


Dalam konteks transaksi rugi laba, ada banyak alasan untuk menolak perintah Allah, karena sangat berlawanan dengan norma dan akal sehat!. Abraham sedang dalam posisi kritis, tidak menguntungkan bahkan sangat dilematis. 
Namun bagaimana respon Abraham terhadap perintah Allah?  
Abraham tetap dapat berpikir konstruktif (membangun) tentang keadaan, orang dan Allah.
Tidak ada kecurigaan sama sekali terhadap rencana Allah yg menuntut persembahan anaknya.


Kejernihan hati dengan taat menjalankan perintah Tuhan tidak mungkin berjalan secara alami. Kebeningan hati yg dengan sungguh-sunnguh percaya dan melakukan firman Tuhan dengan tepat karena ditenagai oleh kekuatan iman bahwa Rencana Allah pasti lebih mulia dari rencananya.


Abraham menaruh harapan masa depan pada Ishak anaknya, ia adalah harta paling besar dan satu-satunya pewaris generasi. Ishak adalah anak perjanjian yg diupayakan dengan iman sedikitnya 25 tahun, Ishak adalah berkat yg sangat besar yg diturunkan dari tangan Allah sendiri.
Perintah untuk mengorbankan anaknya digunung Moria itu hendak membongkar harapan manusia, semua cita-cita, harapan masa depan dan visi pewaris generasi yg diletakkan pada anak yg dikasihinya..
Prinsip yg Allah sampaikan bukannya Dia tidak menghargai berkatNya sendiri namun orientasi harapan kita tidak tertuju pada berkatNya tetapi pada otoritas PribadiNya. bukan pada pemberianNya tetapi pada Sang Pemberi berkat. Bukan pada APA yang Tuhan berikan tetapi pada SIAPA yang memberi hidup.


Untuk mewujudkan rencanaNya yg agung dan mulia itu, terkadang Allah harus membabat habis seluruh konsep. cita-cita atau visi masa depan yg sedang kita bangun.


Bagi Abraham, kehadiran Ishak sebagai anak tunggal sudahlah cukup memuaskan hatinya. Tetapi Allah memiliki rencana yg jauh lebih besar dari hanya kehadiran Ishak
maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit   dan seperti pasir di tepi laut,  dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. ayat.18 Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat,   karena engkau mendengarkan   firman-Ku


Allah sudah membuat rancangan masa depan super bagi Abraham, dimana :
a. Jumlah keturunan Abraham akan menjadi sangat amat banyak, tak terhitung jumlahnya
b. Keturunannya akan menjadi generasi yg kuat dan berhasil
c. Keturunannya akan menjadi saluran berkat bagi semua bangsa dimuka bumi.


"Allah yg menyediakan" memanifestasikan kerja tidak terbatas pada kepentingan sesaat atau hanya untuk diri kita saja. Lebih besar dari itu Allah merancangkan program hidup yg besar, membuat hidup bermutu dan berhasil bahkan menciptakan kehadiran kita dimanapun sebagai saluran berkat Allah. 
Untuk menghadirkan Jehovah Jireh berurusan secara langsung dengan pekerjaan, pelayanan, keluarga, studi dan masa depan kita maka Dia membutuhkan kerjasama yg sinergis dengan diri kita
a. Jehovah Jireh tidak dapat bekerja tanpa KETAATAN kita kepadaNya
b. Jehovah Jireh tidak dapat bekerja tanpa IMAN kita kepadaNya
c. Jehovah Jireh tidak dapat bekerja tanpa PENGORBANAN kita kepadaNya


Nikmati kehadiranNya secara nyata karena Dia tidak pernah jauh dari kita, Dia selalu dekat dan menaruh belas kasihan kepada kita.....hatiNya selalu menunggu kehadiran kita.
Masa depan super
Pelayanan super
Keluarga yg super adalah bagian yg Allah siapkan untuk kita yang memilikiNya. Amin

Mengejar tuhan ditengah pasar


Potret manusia-manusia rohani yg sedang berjuang keras untuk tidak terikat hatinya dengan gaya hidup duniawi. 
Dengan membawa nama Tuhan tidaklah cukup bagi kita untuk menjadi manusia rohani, dengan terlibat aktif dalam pelayanan, kesetiaan ibadah, belajar Alkitab bukan berarti kelekatan hati kita tertuju kepadaNya.
Manusia lahiriah kita sering demikian atraktif berdemontrasi menutupi kegersangan spiritual kita yg sesungguhnya jauh dari Allah. 
Jika kita sudah berkata: "cukup" dengan segala usaha kita untuk bekerja melayani Tuhan karena seluruh hidup dan masa depan sudah kita investasikan kepadaNya. 
Pastikan bahwa arah langkah kita tertuju hanya kepada Allah saja, karena tidak dapat kita pungkiri bahwa dalam banyak kesempatan energi kita terkuras untuk mengejar allah yg palsu, allah yg kita kondisikan untuk bekerja memenuhi kepentingan diri sendiri. 

MENGEJAR allah MASA KINI, yg sementara, yg sesuai tuntutan perut. Ini bukanlah persoalan mereka yg jauh dari lingkungan kekristenan atau lembaga rohani. Godaan materialisme tidak dapat dipandang sebelah mata yg dianggap sebagai persoalan orang kristen yg tidak dewasa rohani. Kita semua mengalami potensi godaan persoalan yg sama kualitasnya. 
Allah yg tampak mata, allah yg menggugah selera walaupun hanya sementara tak pelak kitapun sering tergoda olehnya. Kita bukan mengejar Allah dalam kekekalan namaun mengejar tuhan ditengah pasar. itulah realita !!!!

Bagaimanakah langkah kita tetap terjaga berada pada arah lari yg benar dengan HANYA MENGEJAR ALLAH saja dalam seluruh waktu hidup ini?



Orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah
10:17 Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut u  di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? v 10:18 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. 10:19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu! w "10:20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." 10:21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, x  maka engkau akan beroleh harta di sorga, y  kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku. z " 10:22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. 10:23 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang 5  a  masuk ke dalam Kerajaan Allah." 10:24 Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. b  10:25 Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. c " 10:26 Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" 10:27 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. d  Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."


Belajar dari Tuhan Yesus yg membimbing seorang Farisi untuk memiliki kekekalan hidup.
Markus 10 : 17 - 25
Tampillah seorang Farisi yang kaya-raya.datang dengan berlari-lari mendapatkan Yesus dan berlutut di depanNya. Secara umum orang Farisi selalu datang pada Tuhan Yesus dengan motif menjerat. Tetapi dia datang dengan sikap yang begitu antusias ,santun dan penuh hormat kepada Tuhan Yesus 


Tujuan kedatangannya bukan main-main, ia sedang menyampaikan pertanyaan sangat mendasar dan bernilai, tentang kekekalan hidup yg tidak diperoleh sejalan dengan pengetahuan rohani dan kekayaan materinya.
Di satu pihak dia berhasil membuktikan untuk memperoleh kekayaan secara materi, tetapi di pihak lain dia belum mengetahui bagaimana langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh hidup yang kekal.  


Untuk mengukur sejauh mana keseriusan kita berjerih lelah untuk mengkondisikan Tuhan tinggal dan bekerja secara efektif dalam diri kita:


a. MEMILIKI  KETULUSAN HATI bukan sebatas KERENDAHAN DIRI  (ayat.17-18)

Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? (ayat.17)

"Berlari-lari mendapatkan Yesus sambil bertelut" suatu usaha perendahan diri yg dilihat oleh banyak orang tanpa merasa malu......luar biasa.
Status sosial yang terhormat sebagai orng Farisi dengan kekayaan yang melimpah tidak membuatnya menjadi seorang yg arogan. Justru ia bersungguh-sungguh berusaha berjumpa dan merendahkan diri secara ekspresif di hadapan Tuhan Yesus.
  • Seorang Farisi yg berlari-lari untuk berjumpa Yesus
  • Seorang Farisi yg bersedia membungkkan diri didepan Yesus
  • Seorang Farisi yg berani mengakui eksistensi Yesus sebagai guru yg baik 
Semua upayanya menjelaskan usahanya yg berani keluar dari zona kemapanan dan status sosial. Ia berani mengabaikan semua yg ada dalam dirinya untuk memperoleh jawab atas kekosongan jiwanya.


Seorang kaya yg bersemangat mencari nilai kebenaran


Tidak terbatas pada antusias bekerja mengumpulkan kekayaan, tetapi dia juga seorang yang peduli dengan kehidupan kekal. Pilihan hidupnya bukan hanya terarah kepada kepentingan dunia tetapi juga peduli dengan masalah keselamatan. Sikap hidup yang demikian mencerminkan pilihan yang ideal dan seimbang yaitu sukses secara materi dan rohani.   . 

Kontras dengan realita sebagaian besar orang perccaya yg terus mengejar kekayaan secara materi tetapi mereka selalu tidak pernah merasa puas. 

Tidak sedikit orang yg menyebut dirinya beriman namun karena merasa sudah mapan, merasa tidak perlu memiliki iman kepada Allah. 
Untuk apa beriman kepada Allah jikalau segala sesuatu dapat diatasi dengan kemampuan materi dan fasilitas yang tersedia. 
Untuk apa berdoa jika mampu mengumpulkan uang dengan kemampuan dan kepandaian mereka. Sikap ini membangun pribadi yang congkak dan merasa tidak perlu merendahkan diri dengan bertelut di hadapan Tuhan Yesus. 



b. MEMILIKI SPIRITUAL PADA ALLAH bukan sekedar moral yg baik (Ayat.19-20)    

Kewajiban sebagai seorang Farisi yg taat pada perintah agama tidak serta merta memiliki kualitas spiritual yg benar dihadapan Allah.
Tuhan Yesus memberi jawaban, yaitu: “Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!” (Mark. 10:19). 
Jawaban Tuhan Yesus tersebut secara khusus menunjuk kepada suatu kelompok dari Sepuluh Firman Allah yang berkaitan dengan kasih kepada sesama. 


Dasa Titah terdiri atas 2 kelompok besar:
Firman 1 sampai 4 berkaitan dengan kasih kepada Allah; 
Firman 5 sampai 10 berkaitan dengan kasih kepada sesama. 


Sangat menarik, bahwa hidup yang kekal dalam jawaban Tuhan Yesus ditekankan kepada kasih kepada sesama dan bukan kepada Allah. Tentunya jawaban Tuhan Yesus tersebut tidak bertujuan untuk mengatakan bahwa perintah untuk mengasihi kepada Allah dapat diganti dengan hukum kasih kepada sesama. 
Dasarnya adalah setiap orang Farisi pastilah orang-orang yang sangat peduli dengan kasih kepada Allah, tetapi dalam praktek hidup mereka justru sering kurang peduli dengan sesama. Orang-orang Farisi umumnya sangat religius, tetapi pada sisi lain mereka kurang “humanis” dan “sosial”. Tetapi khusus untuk orang Farisi yang kaya-raya tersebut, dia memberi jawaban yang mengagumkan, yaitu: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku" (Mark. 10:20). Wooooow Betapa luar-biasanya spiritualitas orang Farisi yang kaya-raya itu. Dia telah menghayati  dan melaksanakan perintah Allah bukan sekedar suatu kewajiban. Juga bukan karena di tengah perjalanan hidup dia “bertobat” menyadari situasi kefanaannya sebagai manusia. Tetapi dia telah melaksanakan seluruh perintah Allah tersebut sejak dia masih muda. Terbukti ia tetap konsisten sejak masih muda sampai sekarang untuk setia melaksanakan perintah Allah.     

Spiritualitas yang sehat dan berkualitas ditandai oleh pertumbuhan yang selalu konsisten. Sebab sikap rohani yang konsisten menunjukkan kondisi iman yang stabil. Orang Farisi yang kaya-raya itu bukan hanya pandai untuk mengembangkan bisnisnya, tetapi dia juga seorang yang peduli dengan sesamanya. Sikap religiusnya tidak membuat dia menjadi seorang yang hanya berorientasi kepada ritual keagamaan tetapi juga setia untuk memberlakukan kasih kepada sesamanya. Sehingga tidak mengherankan jika di Mark. 10:21 menyaksikan sikap Tuhan Yesus, yaitu: “Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya”. 

Dalam hal ini kita selaku gereja dipanggil oleh Allah untuk memiliki proses pertumbuhan iman yang konsisten dan stabil. Kita sangat prihatin, bahwa beberapa orang pada suatu momen tampak begitu bersemangat dan antusias dalam melayani pekerjaan Tuhan; tetapi tidak lama kemudian dia menjadi cepat patah arang dan mengabaikan seluruh firman Allah.  

Kita sering menganggap sikap rohani yang pasang-surut sebagai hal yang manusiawi. Sehingga kita sering membiarkan diri untuk berada dalam kondisi “surut”, dan baru mau “pasang” saat ajal mulai menjemput. Padahal keadaan rohani yang mudah “pasang-surut” menunjukkan bahwa spiritualitas kita sangat lemah untuk sikap setia kepada kehendak Allah.

Itu sebabnya respon terhadap hukum dan kehendak Allah lebih sering ditentukan oleh dorongan perasaan dan keinginan pribadi, bukan didasarkan kepada sikap ketaatan dan kesetiaan yang tanpa syarat. Dalam kondisi yang demikian mereka yang mundur dari pelayanan sering mengharap untuk “dibujuk dan dirayu” terlebih dahulu agar mereka mau kembali aktif untuk melayani Tuhan. Baru setelah orang-orang di sekitar menunduk dengan “bertelut” di depan mereka, maka mereka baru bersedia untuk melayani Tuhan. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kita sering bersikap congkak dan jauh dari sikap spiritualitas yang sehat dan stabil. Sehingga tidak mengherankan jikalau Kristus tidak mau memandang kita dan menaruh kasih seperti yang dilakukanNya kepada orang Farisi yang kaya-raya itu. 

C. MEMILIKI  DEDIKASI PADA ALLAH bukan sekedar visi    


“Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin,  maka engkau akan beroleh harta di sorga,   kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Mark. 10:21).

Orang Farisi yang kaya-raya telah mendemonstrasikan sikap yang rendah-hati, mau peduli dengan hukum-hukum Allah sejak masa mudanya dan antusias untuk memperoleh hidup yang kekal, seolah-olah ia memiliki visi yg sangat besar dalam dirinya lebih dari yg telah dapat dicapainya. Namun Tuhan Yesus menuntut bukan sekedar visi yg besar namun DEDIKASI YANG NYATA kepada TUHAN. 
Menjadikan Tuhan lebih dari siapapun dan apapaun.
Menjadikan Tuhan jauh lebih besar dari segala kebutuhan kita
Menjadikan Tuhan lebih besar dari diri kita sendiri
Menjadikan Tuhan PUSAT dari seluruh hidup kita selama-lamanya.


Selama ini dia telah menunjukkan kasih kepada sesama melalui hartanya. Dia juga telah melaksanakan hukum-hukum Allah sejak masa mudanya. Seakan-akan semua yang telah dilakukan sungguh sempurna. Tetapi ketika dia mendengar jawaban Tuhan Yesus untuk menjual apa yang dia miliki dan membagikan kepada orang-orang miskin, 


Markus 10:22 
“Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya”. 


Sikap orang Farisi yang kaya-raya tersebut sungguh kontradiktif. Semula dia berlari-lari mendatangi Tuhan Yesus dengan antusias dan berlutut di hadapanNya. Tetapi kini dia segera pergi meninggalkan Tuhan Yesus sebab kecewa dengan jawaban yang diberikan olehNya. Dia enggan untuk melaksanakan apa yang diminta oleh Tuhan Yesus sebab hartanya sangat banyak. 
Mungkin bagi orang Farisi yang kaya-raya itu dengan senang hati dia membagikan sebagian kecil dari harta-bendanya. Tetapi untuk menyerahkan seluruh harta miliknya kepada sesama yang membutuhkan, dia tidak sanggup. 
Jadi melalui kekecewaan meninggalkan Tuhan Yesus sebenarnya orang Farisi tersebut telah memperlihatkan eksistensi yg sesungguhnya: bahwa ternyata kualitas hidupnya tidak terletak kepada kasih kepada Allah dan sesama, tetapi kepada harta-benda yang dimilikinya. 


Dalam konteks ini dia gagal memenuhi hukum pertama dari Sepuluh Firman Allah yang berkata: “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” (Kel. 20:3). Dia telah menjadikan harta-benda yang dimiliki sebagai wujud dari “ilah” sehingga dia lebih memilih untuk meninggalkan Kristus dari pada menjual dan membagi-bagikan harta-bendanya.  


Sebab makna “ilah” pada hakikatnya menunjuk kepada siapa atau apapun juga hati kita terikat dan memujanya. Sosok para “ilah” pada zaman sekarang dapat berupa: uang, status sosial, properti, hand-phone, note-book, hobi, seks, makanan lezat atau apapun yang membuat hati kita melekat dan tergantung kepadanya.    ini adalah bagaikan sikap sedang mengejar tuhan ditengah pasar, berusaha keras dengan alasan-alasan yg rohani, semangat powerful namun berhenti untuk tujuan yg temporer.



Ungkapan “mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya” pada hakikatnya untuk menunjukkan kepada sikap hati seseorang yang tidak ingin harta-bendanya diungkit atau dibahas sebagai syarat untuk memperoleh hidup yang kekal. 


Di balik sikap orang Farisi yang kaya-raya dan sangat antusias mendatangi Tuhan Yesus sambil berlutut sebenarnya mau memperlihatkan atau mendemonstrasikan sikap tubuh fisiknya saja yang mau menyembah. Tetapi hatinya ternyata sarat dengan harta-benda sehingga dia tidak ingin ingin berlutut dan menyerahkan seluruh miliknya kepada Tuhan Yesus. 


Sikap orang Farisi tersebut sering juga menjadi pola sikap kita selaku jemaat Kristus. Mungkin secara fisik dan liturgis, kita dapat begitu antusias sebagai  para “penyembah Allah” yang sungguh-sungguh saat beribadah; tetapi apakah hati atau jiwa kita juga sungguh-sungguh menyembah Allah dan mempermuliakan Kristus? 
Apakah kita mau meninggalkan segala “ilah” yang memperbudak dan menyenangkan hati kita?  Dengan demikian tidaklah cukup bagi kita hanya untuk mencari makna hidup yang kekal dengan sikap yang antusias; tetapi pada sisi lain kita tidak antusias dan sungguh-sungguh untuk meninggalkan segala hal yang diilahkan atau diidolakan. 

KEJARLAH TUHAN YANG KEKAL 



Pesan utama dari perikop tersebut sebenarnya membahas penghalang utama bagi seseorang untuk memperoleh hidup yang kekal. Dimana penghalang utama setiap orang selalu berbeda-beda. Bagi beberapa orang penghalangnya adalah sikap serakah, sikap malas, penganut hedonisme, para pezinah, pemabuk, atau berbagai bentuk karakter yang buruk. Semua sikap tersebut secara prinsipial menghalangi seseorang untuk mengikut Kristus dan memperoleh hidup yang kekal. 

Sehingga yang dimaksud Tuhan Yesus dengan perkataan: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Mark. 10:24-25) pada hakikatnya menunjuk kepada setiap orang yang tidak “kaya” di hadapan Allah. 

Jadi makna “tidak kaya di hadapan Allah ” merupakan sikap spiritualitas orang-orang yang berorientasi kepada keinginan dan hawa-nafsu duniawi. Mungkin dari penampilan lahiriah mereka sangat antusias dengan berbagai perkara agamawi, tetapi sesungguhnya hati mereka jauh dari sikap kasih kepada Allah dan sesamanya. 


Rasul Paulus berkata: “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”  (II Timotius 3:5)  

Penghalang pertumbuhan spiritualitas bukan hanya perlu disadari tetapi juga seharusnya diakui dengan sikap pertobatan di hadapan Allah. Sebab dengan pengakuan yang lahir dari hati yang hancur akan terbuka rahmat dan belas-kasihan Allah. Sehingga dengan rahmat Allah tersebut akan memampukan kita untuk hidup benar di hadapanNya. Namun kita sering berupaya untuk menyembunyikan berbagai penghalang spiritualitasnya dengan sikap yang munafik. Seperti orang Farisi yang kaya tersebut begitu fasih memuji Tuhan Yesus dengan sapaan “Guru yang baik” dan berlutut di hadapanNya. Namun setelah Tuhan Yesus menyatakan kebenaran yang esensial, dia segera pergi  meninggalkanNya. Sikap antusiasme orang Farisi tersebut segera berubah menjadi kegetiran sebab dia tidak berhasil menunjukkan prestasi rohani yang selama ini dibangga-banggakan. Perkataan Tuhan Yesus begitu tajam menembus isi hatinya yang terdalam, sehingga menyingkapkan watak aslinya. 

Panggilan untuk memilih hidup yang benar tidaklah cukup dilandasi oleh sikap yang antusias mencari Tuhan Yesus. Juga tidak cukup dinyatakan dengan berlutut di hadapanNya. Bahkan juga tidak cukup setia melakukan firman Allah sejak masih muda. Lebih dari pada itu adalah apakah hati kita yang terdalam sungguh-sungguh hanya melekat kepada Allah dan bukan kepada kuasa dunia ini. 
Selama hati kita sering melekat kepada gegap gempita kuasa dunia, sehingga segala tindakan kita yang tampaknya rohani, benar dan mulia akan berubah menjadi kemunafikan belaka. Kadang kita tampak berkobar-kobar mencari Tuhan Yesus. Namun sesungguhnya kita hanya mengejar keinginan sendiri yg dibebankan kepada Tuhan. Kita bukan sedang mengejar Tuhan yg kekal tetapi tuhan yg fana, kita bukan mengejar kemuliaan Tuhan tetapi kepuasan lahiriah.
Alasan yg kita bawa sellalu benar namun tujuan yg hendak kita capai diri sendiri dan kefanaan hidup.


Masihkah kita mengejar Tuhan ditengah pasar atau menempatkan Tuhan dikekekalan?
amin GBU all....

Hadapi PERUBAHAN dengan PERUBAHAN

Studi Mazmur 37

Perubahan adalah harapan dan tantangan!
Perubahan bersifat pasti dan tidak tebang pilih. Bagi sebagian orang perubahan adalah harapan yg membawa sukacita namun tidak sedikit orang yg tenggelam dalam kegelisahan karena merasa dipukul oleh proses perubahan. Suka atau tidak suka, setuju atau tidak. Perubahan adalah fakta yang tidak dapat dihindari dari kehidupan. Semua orang tanpa kecuali akan menghadapi fase perubahan.
Respon kita terhadap perubahan menunjukkan sejauh mana kematangan hubungan kita kepada Allah.
Sukses menghadapi perubahan ditentukan oleh beberapa faktor:


I. Pembaharuan HATI adalah kekuatan menghadapi PERUBAHAN(ayat.1)
Jangan marah   karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati   kepada orang yang berbuat curang"  
Realita yg dihadapi orang percaya bukanlah kehidupan yg terus menerus nyaman sesuai harapan. Allah sering kali tidak mengubah keadaan atau orang yg tidak menguntungkan disekitar kita namun Allah justru berhasrat mengubah hati kita lebih dahulu supaya sanggup menghadapi terjadinya segala perubahan.

Rumusan kehidupan kadang berjalan tidak simetris, dimana orang baik seharusnya mendapatkan ganjaran keberhasilan dan kemujuran bukan orang jahat yg mendapatkan kemakmuran. Hal ini memantik persepsi salah tentang ketidak adilan Allah dan iri hati kepada sesama.
Daud dengan tegas bahkan berulang kali memperingatkan:
"jangan marah; jangan iri hati; berhentilah marah ; tinggalkanlah panas hati" karena sikap tersebut hanya membawa kepada kejahatan

Gagasan PENERIMAAN DIRI menjadi kekuatan untuk dapat menguasai diri!
Menerima dengan senang hati segala bentuk perubahan bukan sekedar menyelesaikan aspek psikologis manusia namun juga membenarkan sikap secara teologis.


Penerimaan diri sendiri , keadaan dan orang lain menjadi sangat penting, karena bermula dari titik inilah langkah kita berlanjut dengan benar.  Ironisnya reaksi alami terhadap perubahan keadaan atau orang disekitar kita adalah sikap memberontak, lebih nyata diungkapkan dalam sikap marah dan iri hati.


Apa pentingnya penerimaan diri dalam menghadapi perubahan?


a. Penerimaan diri menunjukkan pengenalan PRIBADI ALLAH (ayat.3-7)
Percayalah kepada TUHAN........bergembiralah karena TUHAN.....serahkanlah hidupmu kepada TUHAN......berdiam dirilah dihadapan TUHAN.....

Menempatkan Tuhan sebagai pribadi yg tidak pernah berhenti bekerja dan tidak pernah berbuat salah dalam pekerjaanNya!.
Kemarahan sebagai tanggapan atas perubahan keadaan, sering kali bermuatan kecurigaan terhadap Allah dengan sangkaan telah bersikap tidak adil kepada mereka yg merasa telah berbuat benar. Faktanya Allah tidak mungkin diam atau telah berbuat kesalahan dalam karyaNya.


b. Penerimaan diri menunjukkan keutamaan nilai KEABADIAN (ayat.2)
"mereka segera lisut   seperti rumput dan layu   seperti tumbuh-tumbuhan hijau"

Perubahan  yg sedang kita hadapi saat ini adalah dinamika kehidupan alami. wajar, biasa saja dan harus terjadi, hanya berlangsung sementara saja.
Cara penilaian kita yg temporer (sementara, fana) seharusnya diubahkan menjadi cara berpikir yg abadi. Bukan sebatas indah pada hari ini saja namun apakah juga berguna sampai dikeabadian!


b. Penerimaan diri menunjukkan pentingnya nilai KEBENARAN (ayat.8)
"Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan"
Kehilangan kepercayaan diri akan berdampak pada tidak terkontrolnya penguasaan diri. Dengan sikap tidak puas atau melawan terhadap perubahan, hal itu bukan saja tidak dapat menyelesaikan persoalan justru menciptakan persoalan baru yg lebih menyulitkan diri sendiri.
Perspektif yg harus dibangun adalah menata kembali pola pikir : seberapa lama perubahan itu akan terjadi dan seberapa bernilai benar perubahan tersebut. Jika berorientasi KEKEKALAN dan KEBENARAN itulah perubahan yg sedang dikerjakan Allah dalam diri kita.


II. Pembaharuan IMAN adalah kuasa menuju terjadinya PERUBAHAN (ayat.3-7)


Banyak perkara yg tidak mampu kita kerjakan dengan diri sendiri. Kita tidak sanggup mengubah keadaan sekitar, tidak sanggup mempengaruhi orang lain bahkan tidak sanggup merubah diri sendiri. Sementara segala sesuatu terus berubah yg berdampak pada eksistensi diri kita.
Adakah jalan terbaik untuk menghadapi perubahan?


Daud menyerukan, mengajak dan memerintahkan kita supaya berketetapan iman untuk hanya mempercayakan seluruh dinamika kehidupan pada Tuhan.


aPercayalah kepada TUHAN 
b. Lakukanlah yang baik, 
c. Diamlah di negeri  
d. Berlakulah setia,  
e. Bergembiralah   karena TUHAN 
f.  Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN 
g. Percayalah kepada-Nya 
h. Berdiam  dirilah di hadapan TUHAN 
i. Nantikanlah  Dia 
j. Tetap ikutilah jalanNya


Mengapa Daud sedemikian kuat menyerukan untuk tidak tanggung-tanggung melekatkan diri hanya kepada Allah dengan kekokohan iman?


Karena sudah terbukti dan tidak terbantahkan tidak ada cara lain yg paling menjanjikan kecuali intervensi Allah didalam hidup kita:


1. TUHAN memimpin langkah demi langkah (ayat.23-24)
"TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan   kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak,  sebab  TUHAN menopang   tangannya".
Kemana pada akhirnya kita hidup kita akan dibawa?
Pemazmur memberikan jawaban bahwa sekalipun keadaan dan orang  memberi dampak perubahan namun Allah memastikan jaminan pimpinan sampai pada akhirnya:
Kepastian pimpinan Tuhan yg tidak pernah salah langkah demi langkah walaupun kita sedang menghadapi masa yg sulit atau menurut penilaian manusia adalah tempat yg salah.
Kepastian berjalan bersama dengan Tuhan setiap saat walaupun kita sering tidak menyadari atau bahkan kurang mempercayainya ditopang oleh tangan Tuhanyg selalu siap sedia.
2. TUHAN memelihara dari hari ke-sehari (ayat.25-26)
"Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan  dan memberi pinjaman,  dan anak cucunya menjadi berkat."


Daud menyaksikan kehidupan manusia secara utuh (integral) dalam rangkaian mengikuti rencangan Allah sampai pada garis akhir, bukan menjelaskan kasus per kasus yg dihadapi. Jika secara faktual Allah masih mengijinkan berbagai persoalan mendera orang percaya itu bukan bagaian dari kelalaian Allah yg absen memelihara kita.
Prinsip teologisnya adalah :
* Kesetiaan pemeliharaan Allah tidak dapat dan tidak mungkin berubah walaupun diri kita dan keadaan terus berubah.pribadinya
* Hanya ada satu hal yg tidak pernah berubah, manakala generasi, usia dan kekuatan terus mengalami perubahan.
Dia adalah pribadi Allah yg selayaknya kita percayai selama-lamanya karena kesetiaanNya, karena kuasaNya dalam mengelola hidup kita tanpa salah.


III. Pembaharuan KETAATAN adalah rahasia yang membawa pada PERUBAHAN (ayat.27-28, 37)
Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,  maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya; "TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, "

Berulang kali diteriakkan ungkapan: tetap tinggal selama-lamanya, sampai selama-lamanya terpelihara, akan mewarisi negeri, milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya. Gagasan ini menjelaskan bahwa yang dikerjakan Allah bukanlah perubahan semu tetapi perubahan besar, perubahan nyata dan perubahan abadi, suatu bentuk pekerjaan yg sangat berkualitas tinggi.
Survival (bertahan hidup sampai selama-lamanya) bersama dengan Allah menjadi hak hidup mereka yg teguh berpegang pada hukum Tuhan.

Bagaimana perubahan abadi dapat menjadi bagian kita?
 "TUHAN mencintai hukum"
Tuhan selalu bekerja diatas dasar firmanNya sendiri, ini adalah jalan Allah untuk dapat menyatakan karyaNya. Kesediaan kita dalam mentaati firmanNya bukan menjadi katalisator (mempercepat) tetapi menjadi mekanisme kerja baku yg tidak dapat ditawar. Ketaatan pada firman Allah menjadi cara satu-satunya untuk menempatkan Allah dapat bekerja didalam diri kita.
Allah akan mengubahkan masa depan, Allah akan membuat survive dan Allah selalu bersama  jika kita terus hidup selaras dengan firmanNya.
Dari mana dimulainya perubahan yg bernilai benar dan abadi , dimulai dari kesediaan kita berjalan menurut firman Allah. Langkah ini jauh lebih mendasar dari kebutuhan pemahaman psikologis , mengatur strategi atau memperbesar kapasitas kerja supaya dapat meraih sukses masa depan.
Rahasia perubahan masa depan jelas dimulai dari KESELARASAN HIDUP didalam ALLAH.
Sejauh mana ketaatan kita dalam melakukan firman Allah itu berbanding lurus dengan intervensi Allah dalam melakukan perubahan masa depan kita.
Semakin cepat karakter pribadi berubah seturut firmanNya, semakin banyak perkara ajaib yg Allah kerjakan menjadi hak kita. Semakin lama kita menunda ketaatan pada firmanNya maka akan menambah daftar panjang kegagalan dan penantian kosong yg menyengsarakan.
Allah merindukan semua orang yg percaya kepadaNya mendapatkan pancaran kasih setia dan kuasaNya.
Selamat mengalami perubahan bersama dengan Allah.

Tuhan Yesus memberkati.
by Haris Subagiyo

Tiada Waktu Tanpa Bersyukur

Berawal dari mana kehidupan harus dimulai dan dengan bagaimana kehidupan terus dilanjutkan? Tidak akan terlepas sedetikpun dari sikap mengucap syukur yg pantas kita sampaikan kepada Allah. Kehidupan akan dimulai, dijalankan dan diakhiri dengan rangkaian ucapan syukur yg semakin hari semakin kuat dalam menanggapi karakter dan karya Allah.
Betapa pentingnya memahami dan mengaplikasikan ucapan syukur secara nyata dalam kehidupan kita seolah-olah menjadi thema central nafas kehidupan mereka yg percaya kepada Tuhan.

Ucapan syukur menjadi perkara yg sangat penting

Ucapan syukur bukan saja tidak boleh dilupakan tetapi tidak dapat kita hentikan derap langkahnya....

Ucapan syukur merupakan bagian hidup manusia, selama manusia masih bernafas ucapan syukur adalah bahasa dan gaya hidupnya..........

Ucapan syukur dikumandangkan bagi Allah dari selamanya sampai selama-lamanya


Eksposisi Mazmur 136 : 1 - 26




Kebenaran yg diungkapkan dari mazmur ini adalah fakta  kekekalan bahwa dari TUHAN saja eksistensi kehidupan berjalan.

  • Tuhan adalah sumber kehidupan
  • Tuhan adalah pusat kehidupan
  • Tuhan adalah tujuan dari kehidupan
Kasih setia Tuhan yg merambah masuk kedalam semua tatanan kehidupan, meyakinkan kita  bahwa tidak ada satu aspek kehidupan yg terlepas dari genggaman tangan Allah.
Mengucap syukur adalah respon yg seharusnya dikerjakan umat kepada Allah yg telah ber-relasi dan berkarya dalam hidupnya.

Kualitas ucapan syukur yg ditampilkan bukanlah ucapan bibir, kata-kata kosong yg tidak bermakna atau hanya mengikuti budaya kekristenan yg diajarkan untuk selalu reaktif bersyukur (latah) tanpa pengertian yg benar.


Bagaimana dinamika ucapan syukur yg seharusnya kita sampaikan kepada Allah?

diajarkan oleh Mazmur 136 :1-26


a. Bersyukurlah karena KEHADIRAN-NYA (ayat.1-3) (pribadi Allah)


Bersyukurlah kepada Allah segala allah...bersyukurlah kepada TUHAN segala tuhan....


Perbandingan yg tidak sepadan antara Allah dengan allah dan TUHAN dengan tuhan, adalah realita yg membenarkan iman kita kepada Allah dalam Tuhan Yesus adalah iman yg BENAR dan BERKUALITAS TINGGI.

Bangsa Israel tidak berani menyebut nama TUHAN dengan sembarangan, dengan sebutan JHWH  namun memanggilnya dengan sebutan YEHOVAH atau ADONAI artinya: YANG SENANTIASA ADA, yg selalu HADIR, yg terus BERBUAT, yg tidak pernah berhenti BERKARYA dan yg senantiasa BERTINDAK”. 

Kisah penciptaan yang tertulis di dalam mazmur ini merupakan ajaran yang menentang kepercayaan yang dianut oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel. Pada saat itu seluruh bangsa di sekeliling Israel merupakan penganut agama  politeisme, ( menyembah lebih dari satu allah) Namun bangsa Israel diperintahkan untuk menyembah hanya satu Allah. 


Allah kita tidak punya referensi  perbandingan dengan lainnya. Sedemikian besar, agung, mulia dan perkasa Allah kita. Tetapi Dia tidak menganggap diri manusia sebagai ciptaan yg hina, justru Dia memberikan apresiasi besar kepada kita sebagai CIPTAAN YG SUNGUH AMAT BAIK.
terlepas dari kondisi kita saat ini, percayalah dan bersyukurlah bahwa Allah sangat menghargai hidup kita.
Untuk kitalah DIA selalu ada dan untuk diri kita DIA selalu berkarya ....


b. Bersyukurlah karena KASIH SETIA-NYA (ayat.1-26) (Karakter Allah)

bahwasanya untuk selama-lamanya KASIH SETIANYA........ 


Bagai tak dapat dihentikan ditengah jalan pengulangan ungkapan "bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya" terus menggelinding dari awal sampai akhir. Hal ini adalah ketegasan bahwa segala sesuatu dapat terjadi karena kasih setia-Nya yang menembus batas waktu, batas bangsa, dan batas alam.  Begitu besar, agung, mulia dan dahsyatnya Allah kita. Tiada allah lain, seperti Allah kita yang Maha Kuasa, Maha Besar, dan Ajaib.

Dialah Allah semesta langit yang layak menerima segala pujian, hormat, dan kemuliaan. dan Ucapan syukur. Terpujilah Allah................!
Kasih setia Allah bekerja sangat dinamis:
Allah tidak pernah tinggal diam walaupun hanya sejenak. Di dalam kasih setia-Nya, Allah menjadikan langit bumi serta segala isinya. Tak dibiarkan-Nya seluruh ciptaan terlepas dari pengendalian dan tatapan mataNya.
Kepada seluruh umat yg percaya  dinyatakan-Nya kuasa pembebasan dari perbudakan dengan manifestasi mujizat yg menggetarkan bangsa-bangsa..
Selama-lamanya Allah tak pernah berhenti berkarya dan bertindak. Itu sebabnya umat-Nya tak pernah kekurangan dalam tangan pemeliharaan-Nya. Kasih setia Allah yang dinamis membuahkan karya-karya ajaib dalam kehidupan manusia. walaupun dipadang gurun dan dihadang kepungan musuh Allah tetap berkarya membelanya.

Ia adalah Allah di atas segala allah, Tuhan segala tuhan, yang hakikat-Nya terangkum dalam sebuah sifat: kasih setia yg tak berkesudahan. 
Kontradiksi antara pembelaan dan pemeliharaan Allah terhadap bangsa Isarel yg dibalas dengan sikap bersungut-sungut, memberontak dan terus-menerus tergoda untuk menyembah berhala-berhala. ini sungguh terlalu....kebaikan Tuhan dibalas dengan kejahatan manusia.



c. Bersyukurlah karena PEKERJAAN-NYA (ayat.4-26) (karya Allah)


Jika kita melihat karya Allah dalam alam semesta, kita tidak dapat menahan diri untuk memuji Allah karena keindahan dan kemegahan buatan tangan- Nya. Bukan hanya dalam ciptaan, Allah juga bekerja dalam sejarah umat-Nya (ayat 10-22). 

Pemazmur memuji Allah dan bersyukur atas keajaiban yang Dia lakukan, terutama dalam penciptaan (ayat.5-9). 
Bersyukur karena Allah yang menjadikan langit dan menghamparkan bumi (ayat.5-6), 
Bersyukur karena Allah yang menjadikan benda-benda penerang di langit untuk menguasai siang dan malam (ayat.7-9). 
Kepercayaan masyarakat kuno waktu itu menyakini bahwa: matahari, bulan, dan bintang, adalah benda-benda yang dianggap memiliki kuasa ilahi dan harus disembah sebagai allah. 

Dengan menyatakan bahwa Allah-lah yang menciptakan benda-benda penerang itu, pemazmur menunjukkan bahwa Allah Israel lebih berkuasa daripada allah bangsa lain.

Perjalanan melintasi Laut Merah dan padang belantara merupakan peringatan sekaligus janji bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang sering kali umatNya bersikap bebal dan sering memberontak. 

Yang menarik dalam mazmur 136 ini terjadinya perubahan kata "ISRAEL"  menjadi kata "KITA'  (ayat 23). Apa relevansi dari transisi kata tersebut?
Artinya pemazmur hendak menjelaskan bahwa sejarah itu bukanlah sesuatu yang terjadi diluar jangkauan generasi kita atau tidak bersangkut paut dengan diri kita masa kini. Namun sejarah yg Allah kerjakan adalah  bagian kehidupannya kita sendiri, berlaku juga untuk masa kini. 
Iman kita kepada Allah tidak bicara mengenai masa lalu, tetapi iman kita kepada Allah beroleh kehidupan yang sungguh di masa sekarang ini. 


Maka, rasa syukur itu bukan hanya disebabkan Tuhan telah menolong bangsa Israel saja di masa lalu, namun karena pertolongan, pembelaan, penyertaan dan pemeliharaan Tuhan pun adalah karakteristik (watak) Allah sendiri yg tidak mungkin berhenti bekerja dari dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya.


Mazmur yang dimulai dengan rasa syukur, karena sesuatu yang universal, dalam mengelola alam ciptaan, diakhiri juga dengan ungkapan terima kasih karena Allah adalah pemelihara segala makhluk. 


Bagaimana sikap kita harus bersyukur kepada Allah?


Kata “bersyukur” merupakan terjemahan dari kata “yadah” (yod-qames-dalet-qames-he) dalam bahasa Ibrani. Dalam definisi berbahasa Inggris, kata Ibrani “yadah” tersebut memiliki banyak terjemahan selain bersyukur atau memuji, seperti: melempar, meruntuhkan, menjatuhkan, menembak, mengaku, dan memberi terima kasih.

Apa arti kata “bersyukur” tersebut ditinjau dari tulisan Ibrani kuno? Untuk mengetahui makna kata itu, kita dapat menelusurinya dari akar katanya. Akar kata “yadah” adalah “y-d” (yod-dalet), yang dalam tulisan Ibrani kuno berupa gambar (piktograf) “tangan” dan “pintu”. Tangan  adalah bagian tubuh yang memampukan seseorang melakukan banyak pekerjaan. Sedangkan pintu adalah bagian tenda yang memungkinkan penghuninya bergerak keluar-masuk tenda. Dengan demikian gabungan dua gambar tersebut berarti “tangan aktif bekerja”.

Aksara Ibrani Kuno :


Image
ImageImage

Dari kanan ke kiri:

Aksara YOD adalah gambar tangan, DALET adalah gambar pintu; HE adalah gambar orang berdiri.

Sesuai dengan bentuk aksara dari zaman kuno itu, kata
ידה - YADAH memiliki tiga makna utama, melemparkan sesuatu, mengucap syukur, dan membuat pengakuan

Kata “bersyukur” banyak digunakan dalam Kitab Mazmur dikaitkan dengan berbagai hubungan:
Dalam Mazmur 136, Penulis Mazmur mengaitkannya  “alasan” bersyukur, 

a.Bersyukur karena Pribadi Allah

b. Bersyukur karena Karakter Allah

c. Bersyukur karena
Karya Allah: yg perbuatan Allah yg ajaib, kebijaksanaan Allah, peciptaan dan pemeliharaan alam semesta, pembelaan Allah kepada umatNya

Semua ungkapan “bersyukur” tidak pernah terlepas dari SIKAP atau TINDAKAN yg dinamis atau aktif bekerja. 
Jadi ucapan syukur bukanlah lekak-lekuk ucapan bibir untuk mempesona hati Tuhan.
Ucapan syukur kita bukanlah pujian yg hampa tanpa dorongan kasih dan kerelaan.
Ucapan syukur yg sesungguhnya adalah respon pengertian kita yg benar untuk tidak menuntut Allah memberi, bertindak, bekerja untuk kepentingan diri kita Namun merupakan upaya kita untuk memberi, memberkati, menyampaikan kasih, melayani dan bekerja untuk Tuhan

Bukti kita  senantiasa bersyukur adalah kerelaan hati  yg setiap hari terus bergiat untuk kita melayani Tuhan, memiliki semangat yg terus berkobar merespon panggilanNya dan tak mudah patah ketika kondisi kurang mendukungnya.
Tanda kita mengucapkan syukur adalah dengan kesetiaan memberikan hidup kepada Tuhan dengan hati yg penuh kasih.
Kualitas ucapan syukur kita kepada Allah tercermin dari BERAPA BANYAK yg sanggup kita berikan kepada Tuhan bukan dari BERAPA BANYAK yang kita dapatkan kita tuntut dari Allah.


JIka orientasi kehidupan kita adalah Tuhan..
Tak akan pernah kita mampu menahan ucapan syukur kepadaNya 
Mengucap syukurlah senantiasa dalam segala hal........................
karena dari Dialah kita ada, oleh Dialah kita dicinta dan kepada Dia sajalah kita menyembahNya. Amin

God Bless You all

by Haris subagiyo